BISNIS TIDAK PERLU BAKAT

BISNIS TIDAK PERLU BAKAT
Modal utama adalah keberanian meng-eksekusi gagasan.
Sekian banyak orang mencoba menerjuni dunia bisnis. Tapi alih-alih menjadi ahli dalam bisnis atau menjadi kaya melalui bisnis, tapi yang bersangkutan justru malah hidupnya berantakan tidak karuan karena bisnisnya bangkrut, lalu tutup. Kemudian setelah itu kadang tidak sadar menjadi provokator dengan mengatakan bahwa, karena tidak berbakat bisnis, maka bisnisnya bangkrut.
Sama dengan bicara soal kaya dan sejahtera, bisnis itu tidak memerlukan bakat. Karena kenyataannya walaupun seseorang hidup di lingkungan keluarga bisnis dan ketika sekolah paling menyukai pelajaran matematika atau soal perhitungan-perhitungan. Tapi lantaran itu semua tidak langsung memunculkan yang disebut "bakat".
Bisnis itu bukan soal bakat atau tidak bakat. Tapi bisnis itu adalah semata-mata SEBUAH RENCANA YANG DI-EKSEKUSI.
Ketika berpikir melihat orang kaya melalui bisnis, jangan harap jika kita ikut-ikutan melakukannya juga akan langsung ikut kaya apabila TANPA PERENCANAAN YANG DIEKSEKUSI. Kata yang ditulis kapital semua ini SATU KESATUAN loh ya.
Karena, saya banyak menemui lulusan ekonomi (jurusan berjuta umat) yang bikin rencana bisnis dengan sangat detail. Tapi setelah 5 tahun, ternyata belum satu pun bisnis yang dijalankan, lalu datang ke saya minta diajarin bikin BUSINESS PLAN. Ini penyakitnya pada soal KEBERANIAN EKSEKUSI. Setelah mengetahui bahwa bisnis ada resiko ini dan itu, dengan gaya ekonom tingkat dewa, akhirnya berhenti pada perencanaan dan tidak ditindak-lanjuti, karena memastikan bahwa bisnisnya tidak akan jalan. Gubraaaak.
Kemungkinan besar, perencanaan yang dibuat juga banyak kelemahan, karena hanya berdasarkan teori dari buku, bukan dari praktisi bisnis. Mungkin ini yang menyebabkan terhentinya langkah memulai bisnis.
Hal lain yang sering terjadi adalah, ketika memulai bisnis dan sudah ada pembeli, lalu tiba-tiba pembelinya mulai jarang dan bisnis sepi. Lalu berhenti. Kemudian, jeda selama 5 kali lipat waktu setelah mulai start bisnis itu tidak menjalankan bisnis apa-apa lagi. Nah, ini juga masalah di perencanaan. Eksekusinya berapi-api di depan, begitu orderan sepi mulai loyo dan tutup, lalu pilih kembali pada zona aman, jadi karyawan atau buruh. Muncul lagi kata-kata bahwa, tidak ada bakat dalam berbisnis.
Yo wes lah, sak karep mu, nek nggak mau belajar bikin EXECUTABLE BUSINESS PLAN (dari praktisi), maka 5 tahun ke depan juga masih akan sama saja nasibnya, jadi buruh (lebur ora weruh).
Setelah melengkapi diri dengan ilmu wirausaha, "5 SEHAT 6 SEMPURANA", segera EKSEKUSI ide mu.

Komentar