PROSES PRODUKSI PROBIOTIKA

PROSES PRODUKSI PROBIOTIKA
Halo, selamat pagi teman-teman anggota group ini semua. Pernah baca ya cerita saya dengan judul trilogi artikel :
1. Probiotika;
2. Fermentasi;
3. Enzim.
Masing-masing ceritanya panjang. Bikin menangis yang membaca. Saya yang menulis juga menangis sambil sesenggukan karena jempol saya jadi bengkak. Sebesar jempol kaki.
Di bawah ini ceritanya tentang proses produksi probiotika. Relatif pendek ceritanya. Tapi mau gak mau harus berusaha bisa memahami isi ceritanya. Janji ya, jangan menangis sambil baca.
Prosedur Produksi Probiotika sbb :
1. Sediakan atau beli media biakan khusus untuk masing-masing biang (master seed) probiotika (foto 1);
2. Berburu mendapatkan master seed (isolat) probiotika yang akan diproduksi yang khusus untuk unggas dari unggas atau untuk ternak dari ternak, yaitu yang kerjanya :
1) amilolitik, memecah amilum menjadi bentuk sederhana (glukosa) dan bahkan bahkan bisa jadi berbentuk gas golongan alkohol;
2) lipolitik, memecah lemak menjadi asam lemak;
3) proteolitik, memecah protein menjadi asam amino;
4) selulolitik, memecah serat kasar (SK) selulosa dan hemiselulosa menjadi lebih sederhana, dari oligosakarida menjadi disakarida, monosakarida dan turunannya;
5) lignolitik, memecah serat sangat kasa (SSK) - lignin - dari polisakarida menjadi disakarida saja. Tidak mengurai lanjutannya;
3. Menguji master seed probiotika yang didapat untuk mengetahui kemurniannya. Dikerjakan di laboratorium;
4. Bila master seed sudah terbukti murni, kemudian membiakan masing-masing master seed di media khusus, berbentuk padat sebagai bank master seed, di laboratorium.
Catatan :
Yang dimaksud media khusus adalah media itu hanya bisa ditumbuhi oleh master seed probiotika tertentu (foto 2, 3 dan 4);
5. Membiakkan master seed probiotika di media cair terbatas, 100 ml, kemudian di-shacker (digoyang) dengan putaran 125 RPM, ukuran kecil, kapasitas 2 liter, di laboratorium.
Nah, celakanya sampai pada fase ini bisa gagal dan harus diulang dari awal (foto 5);
6. Bila nomor 5 berhasil, dilanjut membiakkan master seed di media umum cair dan di-shacker besar kapasitas 300-500 liter atau sesuai kebutuhan, RPM 125, untuk diproduksi secara massal (foto 6). Bisa juga dibiakkan di media padat untuk dijadikan probiotika bentuk sediaan bubuk kering (dry powder) atau sediaan cair;
7. Setelah masing-masing master seed probiotika sudah diproduksi jumlah banyak, baru dipanen dan dimasukkan ke dalam kemasan dengan perbandingan tertentu yang sesuai dengan fungsi fisiologis saluran pencernaan unggas dan atau ternak. Persentasenya atau formulanya berbeda antara probiotika untuk unggas dengan untuk ternak.
Kalau untuk unggas, takaran selulolitik dan lignolitik, rendah karena kadar SK dan SSK pada pakan unggas rendah, 3-5% saja. Sebaliknya yang amilolitik, lipolitik dan proteolitik takarannya harus tinggi untuk membantu meningkatkan kemampuan mencerna amilum, lipid dan protein di dalam saluran pencernaan unggas (DIGESTIBLE BOOSTER).
Kalau untuk ternak, komposisi selulolitik dan lignolitik harus tinggi sekali karena pakan ternak ruminansia yang utama adalah SK dan SSK, porsinya bisa 20 -50%. Ini yang harus dibantu untuk menurunkannya menjadi 17 - 25%. Perlu dibantu secara in vitro (di dalam tabung atau fermentor) untuk menurunkan kadar SK dan SSK, TDN naik, dapat bonus kadar protein naik dan ekstra bonus palatabilitasnya naik serta daya simpan sangat lama, bisa sampai 36 bulan. Itu yang dimaksud naik kualitasnya atau QUALITY BOOSTER.
Yang amilolitik, lipolitik dan proteolitik, rendah saja untuk membantu menekan mikroba patogen yang menyebabkan bau amonia dan bau busuk lainnya, menjadi tanpa bau (odorless). Prosesnya secara IN VIVO di dalam saluran pencernaan.
CATATAN :
1. Bila kegiatannya hanya membiakkan probiotika yang dibeli dari pasaran dengan menggunakan media cair molase/gula, susu skim dan air kemudian difermentasi baik tertutup mau pun terbuka, itu namanya bukan memproduksi tapi HANYA MEMPERBANYAK. Bukan membuat apalagi mem-produksi.
Bila isinya 1 jenis probiotika, tidak ada kompetisi terhadap substrat (makanan).
Bila terdiri dari banyak jenis probiotika, maka akan terjadi kompetisi untuk mendapatkan substrat. Resikonya bisa terjadi baku bunuh (struggle for life, mempertahankan hidup). Yang kuat dan jumlahnya banyak, akan menang perangnya, bisa hidup dan berkembang biak. Yang lain akan mati. Untung bila yang hidup dan berbiak bermanfaat kuat untuk unggas dan atau ternak, kalau manfaatnya kurang bagus, maka akan sia-sia probiotika tsb.
Misal probiotikanya isi 4 jenis atau lebih, bila diperbanyak dengan cara ini, mungkin saja yang tumbuh dan berkembang tinggal 1 jenis saja. Bila yang tumbuh 1 jenis ini bisa bermanfaat bagi unggas dan ternak, beruntung. Bila yang tumbuh dan berkembang tidak bermanfaat untuk unggas dan atau ternak, sial dan buang-buang waktu dan uang. Hal ini bisa menyebabkan para peternak menjadi kurang atau tidak percaya dengan kinerja probiotika yang baik dan benar, bukan probiotika yang abal-abal.
3. Khusus probiotika untuk unggas, probiotika Lactobacillus casei (caseus = susu), biasanya dari Yakult yang dibiakkan, tentu saja kurang atau bahkan tidak efektif. Karena unggas di dalam saluran pencernaannya tidak punya reseptor terhadap susu. Kodratnya bukan hewan mamalia, tidak menyusui. Maka, pakan unggas tidak perlu pakai susu skim mau pun susu full cream. Nilai manfaatnya sangat kecil, tidak sebanding dengan harganya. Kalau pakannya tidak pakai susu, maka L. casei tidak efektif untuk unggas. Lebih efektif pakai L. acidophyllus, mampu hidup di dalam suasana asam untuk membantu menjaga kesehatan lambung (ampela).
4. Saya pikir heran juga, ada pihak-pihak tertentu yang ngotot menjual susu skim untuk pakan unggas. Kasihan peternak terutama yang skala kecil, diblithuk (dibohongi). Dan lucu juga ada orang atau pihak produsen dan atau penjual probiotika untuk unggas dari hasil biakan Yakult dimana isinya L. casei. Banyak juga peternak yang membiakkan Yakult untuk diberikan ke unggasnya.
Perbandingan harga :
> susu skim Rp 20.000,-/kg. Isi protein anggap saja 25%, maka harga isinya = 20.000 : 25 = Rp 800,- tiap % proteinnya.
> tepung ikan domestik Rp 8.000,-/kg. Isi protein 50%, maka harga isinya = 8.000 : 50 = Rp 160,- tiap % proteinnya.
> soya bean meal (SBM) = bungkil kacang kedelai Rp 7.000,-/kg. Isi protein 46%, maka harga isinya 7.000 : 46 = Rp 152,- tiap % protein.
CATATAN KHUSUS :
Cerita ini saya tulis sampai jempol tangan saya bengkak menjadi sebesar jempol kaki, kemudian saya tayangkan di group ini dengan tujuan memberi pencerahan kepada teman-teman peternak agar menjadi paham dan tidak bisa "diblithuk". Kalau peternak skala kecil kena blithuk, di situ saya ikut sedih dan kasihan.

Komentar